Jerman di
era Hitler merupakan momok paling menyeramkan bagi Eropa. Pada masa itu di
Barat ada Jerman Third Reich sedangkan di Timur ada Uni Soviet. Eropa di ambang
penindasan total oleh Hitler Jerman dan Stalin Soviet. Hitler dan Stalin kala
itu bersekutu erat yang diperkuat oleh kesepakatan untuk menginvasi dan membagi
Polandia pada 1939: Barat untuk Hitler dan Timur untuk Stalin. Sekutu yang saat
itu belum diperkuat Amerika berani mengultimatum Hitler bahwa kalau mereka
sampai menginvasi Polandia maka perang akan pecah namun, Hitler tidak
menghiraukan. Jerman dengan efisiensi serangan kilatnya (blitkrieg) mampu
menaklukan Eropa, kecuali Inggris, dalam waktu singkat. Jerman berhasil menduduki
Norwegia dan Denmark di Utara; Perancis, Belanda, dan Belgia di Barat; Balkan
di Tenggara; Austria dan Ceko di Selatan; Polandia di Timur; Atlantik Utara;
Afrika Utara. Setelah Hitler melanggar pakta nonagresi dengan Stalin dengan
melancarkan operasi Barbarossa pada 22 Juni 1941, Uni Soviet akhirnya berbalik mendukung
Sekutu.
Serangan Jepang ke Pearl Harbor pada
7 Desember 1941 memaksa Amerika untuk ikut mengangkat senjata melawan kekuatan
Poros (Axis). Setelah kekalahan Jerman di Stalingrad pada Januari 1942 mental
prajurit Jerman runtuh. Ini jadi titik balik bagi Sekutu (turning point).
Serangan buas Pasukan Merah Uni Soviet ke tiap basis pertahanan Jerman perlahan
memukul balik prajurit Hitler kembali ke negaranya. Momen ini pada 6 Juni 1944
lantas dimanfaatkan Sekutu yang ada di Barat untuk melakukan operasi amfibi
terbesar dalam sejarah, yaitu D-Day. Detik kehancuran Third Reich makin dekat setelah
bertemunya pasukan Uni Soviet dengan Amerika di Torgau, Sungai Elbe pada 25
April 1945. Untuk lebih mendalami bagaimana suasana sosial dan kebatinan yang
dirasakan Jerman saat kekalahan di PD II ada baiknya anda menengok tiga tontonan
berikut:
Der Untergang (Downfall)
Film
ini mengambil latar sepuluh hari terakhir mein Führer Adolf Hitler dalam
bunkernya menurut cerita Traudl Junge—sekretaris terakhir Hitler. Film ini
menggambarkan betapa putus asanya Hitler dan semua Punggawanya menghadapi
kekalahan yang sudah di depan mata. Film ini menggambarkan banyak sisi sengit
pertempuran Berlin dan akhir PD II bagi Jerman pada umumnya. Paramiliter
pengawal Hitler alias Schutzstaffel (SS), Pasukan Rakyat (volksstrum), dan
Pemuda Hitler (Hitlerjunge) bahu-membahu bertempur habis-habisan menghadang
gempuran Pasukan Merah yang terus merangsek Berlin. Der Untergang berbahasa
Jerman dan sangat direkomendasi untuk anda penggemar sejarah PD II Jerman.
Beberapa
film Jerman memfokuskan kisah pada Yahudi, Wehrmacht, atau SS selama PD II tapi
Lore cukup berbeda. Lore mengisahkan perjuangan lima kakak-beradik menembus
Black Forest menuju rumah nenek mereka di Hamburg. Lore adalah seorang gadis
yang merupakan anak sulung dari seorang Petinggi SS. Ketika perjalanan, mereka kebetulan
bertemu pria asing beridentitas Yahudi. Film ini secara padat mengisahkan bagaimana
para fanatik Hitler mengikuti anjuran untuk mempunyai banyak anak, doktrin menghina
Yahudi, penonjolan ciri fisik ras Arya oleh kelima kakak-beradik, pembagian daerah
pendudukan oleh Sekutu, kelaparan rakyat Jerman selepas PD II, dan penangkapan
para pengikut Hitler oleh Sekutu. Film ini mengajak anda untuk turut merasakan
kecemasan, ketakutan, kebingungan, dan kekecewaan akibat kalah perang. Film Lore
yang juga berbahasa Jerman ini sangat direkomendasi bagi anda yang penasaran
dengan keadaan rakyat sipil Jerman pascakekalahan.
Mini seri berikut
adalah tontonan wajib bagi mereka yang ingin mendalami emosi pasukan Jerman
yang bertempur di Front Timur. Episode 3 menunjukkan anda bagaimana desertir
yang bahkan sudah divonis hukuman mati sekalipun jadi amat dibutuhkan dan
diampuni Jerman lantaran di akhir PD II mereka kehilangan pasukan dalam jumlah
besar. Sisi romansa antara sahabat menambah kental unsur drama dalam tiga
episode Unsere Mütter, Unsere Väter yang kian memuncak di episode terakhir. Mini seri ini secara
ironis menampilkan seorang kepala Gestapo Berlin, Dorn, yang begitu pengecut menghadapi
kekalahan dan berbalik jadi abdi Sekutu usai perang. Kisah lima sekawan dalam Unsere
Mütter, Unsere Väter yang sudah begitu sarat ini bahkan
masih sempat diimbuhi adegan hukuman bagi penyebar defeatism.
Plot Charlotte
sebagai perawat di rumah sakit lapangan Jerman di Front Timur berhasil menggambarkan
apa yang terjadi saat Jerman mulai kalah dan rumah sakit lapangan mereka
diambil alih Soviet. Unsere Mütter, Unsere Väter secara tragis menceritakan pula bagaimana serdadu Jerman
tega membunuh komandannya karena sudah putus asa. Unsere Mütter, Unsere Väter yang kaya kisah juga menampilkan
perlawanan partisan Armia Krajowa (Home Army) Polandia mengusir Jerman. Adegan
akhir reuni para sekawan ini empat tahun setelah janji mereka, untuk berkumpul
pada natal 1941, yang terjadi di reruntuhan bar Greta turut membawa perasaan
pilu dan hampa yang kentara sekali kepada penonton. Mini seri berbahasa Jerman
ini merupakan daftar teratas bagi kalian penggila sejarah PD II.
Eine Frau in Berlin (Woman in Berlin)
Ini adalah referensi menakjubkan untuk penggemar
sejarah Jerman dalam PD II. Eine Frau in Berlin didasarkan pada catatan
jurnalis Martha Hillers selama pertempuran Berlin dan pendudukan Pasukan Merah
Soviet pasca kejatuhan Third Reich. Film yang mengisahkan pemerkosaan
besar-besaran Pasukan Merah terhadap perempuan Jerman, khususnya di Berlin, ini
terus terang agak membuat saya ngilu. Kisah nyata wanita Berlin pasca kekalahan
Third Reich ini dianggap menodai kehormatan perempuan Jerman. Lantaran mereka
dinilai rela melacur demi mendapat perlindungan Pasukan Merah Soviet. Film
Berbahasa Jerman yang mencengangkan ini akan melengkapi pemahaman anda seputar
PD II.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar